Loading
Mulanya Steve dan Pauline Hinks sangat percaya dengan pentingnya suntikan vaksin yang ditawarkan untuk melindungi putri mereka, Lucy, dari kanker serviks. Namun belakangan, mereka yakin suntikan itu justru menjadi biang penyakit misterius yang membuat Lucy tidur sampai 23 jam sehari.
Sebelum menerima vaksin, Lucy yang masih berusia 13 tahun sangat sehat, dan memiliki catatan prestasi yang cukup baik di sekolahnya. Namun, semua berubah setelah ia menerima suntikan Cervarix di sekolahnya.
Hanya beberapa minggu setelah menerima suntikan ketiga, Cervarix, Mei tahun ini, ia mulai sering mengeluh lelah luar biasa. Pada Juli, ia mulai kehilangan berat badan yang cukup drastis dan sering tertidur hampir seharian penuh.
"Beberapa malam saya begitu khawatir, beberapa kali terbangun untuk memastikan dia masih bernapas," kata ibunya, seperti dikutip Daily Mail.
Beberapa kali Lucy menjalani perawatan di rumah sakit tanpa diagnosis yang jelas. Tubuhnya kerap mengalami lelah luar biasa hingga sulit berjalan. "Dia terlampau lemas berjalan dari sofa ke toilet, dia sering kehilangan keseimbangan dan jatuh," kata ibunya. "Bahkan saking lemasnya, hanya bisa berbisik saat bicara."
Dengan kondisi itu, Lucy membutuhkan perhatian ekstra. Untuk makan, ia juga harus mendapat asupan lunak. Selain tak memiliki tenaga untuk berbicara, ia juga kesulitan mengunyah makanan padat. "Pada satu tahap saya bahwa berpikir dia akan mati dalam tidurnya."
Setelah serangkaian tes medis, mereka mendapat surat dari konsultan di rumah sakit. "Surat itu menyebut bahwa kasus itu sangat mungkin akibat reaksi tubuh terhadap vaksin serviks yang diterimanya," ujar sang ibu.
Sang ibu merasa tertipu karena perawat di sekolah putrinya kala itu begitu meyakinkan bahwa vaksin itu tak akan menimbulkan efek samping. "Seperti kebanyakan orangtua, kami percaya otoritas kesehatan terhadap kehidupan anak-anak kami."
"Kami frustasi mencari pengobatan yang mampu mengembalikan kesehatan Lucy seperti sebelumnya," kata ayahnya. "Namun, kami tetap berharap putri kami segera sembuh."
Cervarix merupakan vaksin yang disuntikkan secara bertahap sebagai pencegahan terhadap kanker serviks terhadap mereka yang belum aktif secara seksual. Vaksin ini telah masuk dalam program vaksin nasional yang digalakkan sejak 2008 untuk menurunkan kasus kanker di Inggris.
Pada tahun pertama program vaksinasi nasional berjalan, lebih dari 2.000 anak perempuan mengalami masalah kesehatan usai pemberian vaksin.
Jackie Fletcher, dari komunitas yang menentang vaksin tersebut mengatakan bahwa suntikan vaksin harus ditinggalkan sampai benar-benar terbukti aman. "Ada beberapa cerita horor nyata. Setelah suntikan, tiba-tiba mereka mengalami sindrom kelelahan kronis. "
Seorang juru bicara produsen Cervarix itu, GlaxoSmithKline, mengatakan, perusahaannya telah menerima sejumlah laporan reaksi merugikan yang sangat serius. "Badan pengawas obat secara teratur meninjau semua kejadian buruk yang dicurigai, dan telah menyimpulkan bahwa tidak ada risiko serius akibat penggunaan Cervarix," ujarnya.
0 komentar:
Post a Comment