Saturday, December 31, 2011

Meriahnya Alun-Alun Kidul Jogja

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
alkid jogja

Hari pertama di Jogja saya nggak bisa istirahat sama sekali. Lha baru sampai Jogja langsung diajak ke Gembira Loka sampai sore. Malamnya keluarga udah ngajakin keluar lagi. Kali ini kami pergi ke alun-alun selatan yang terkenal dengan kegiatan "masangin". Kalau belum tau, masangin itu adalah kegiatan yang dilakukan kebanyakan orang-orang yang berkunjung ke alun-alun selatan (kidul). Dengan menutup mata mereka berusaha berjalan lewat di antara dua pohon beringin yang ada di tengah alun-alun. Konon siapa yang berhasil lewat di antara kedua pohon itu permintaannya akan dituruti. Percaya atau nggak? Menurut saya sih nggak usah percaya. Masangin lebih asyik kalau buat seru-seruan aja sama temen-temen atau keluarga. Mitos-mitosnya anggap saja sebagai bumbu. Hehe..

Kalau dulu di alun-alun kidul (orang Jogja biasa menyebut alkid) yang menarik hanya masangin saja, sekarang alkid jadi sangat ramai dan meriah setiap malam. Sepeda-sepeda gandeng ataupun bentuk lain yang dihias dengan lampu dan bentuk yang sangat menarik sudah ramai berjejer di tepi jalan. Sepeda-sepeda ini disewakan bagi para pengunjung alkid. Kreatif juga ya orang-orang Jogja. Alkid yang semula terkesan gitu-gitu aja berubah jadi ramai luar biasa. Nggak heran deh kalau setiap malam pasti macet jika Anda lewat alkid terutama saat malam minggu. Sepeda-sepeda ini disewakan dengan harga antara 20.000 hingga 35.000 tergantung ukurannya. Kalau hanya sepeda gandeng biasa yang bisa untuk 2-3 orang ya cuma 20.000 untuk dua kali putaran mengelilingi alun-alun. Kalau yang berbentuk seperti kereta bahkan ada yang bertingkat dan bisa menampung 6 orang bisa sampai 35.000 untuk dua kali putaran. Sepeda ini Anda bawa sendiri loh, jadi Anda bisa dengan santai mengayuh beramai-ramai dengan rombongan keliling alun-alun.

alkid jogja

Keponakan saya yang laki-laki seneng banget diajak kesini. Bahkan waktu mobil belum terparkir dengan sempurna aja udah pengen lompat ngajakin naik. Pertama kami sewa dua sepeda yang mirip kereta, masing-masing bisa muat 4 orang harganya 25.000. Nggak usah khawatir capek liat bentuk sepedanya yang besar karena aslinya enteng kok waktu digowes. Stangnya ini juga macem-macem bentuknya. Ada yang pakai stang sepeda seperti biasa, ada juga yang pakai stir mobil yang bulet itu. Lucu aja ngegowes tapi pakai stir mobil. Jalanan yang mengelilingi alun-alun bisa dipastikan bakal dipadati oleh sepeda-sepeda ini dan juga kendaraan lain yang lewat alkid. Jalan aja dengan santai, nggak usah khawatir diklakson sama pengendara roda dua atau empat yang lewat karena disini nggak kayak di Surabaya atau Jakarta yang pengendaranya doyan mencetin klakson. Hoho..

Setelah dua putaran terlewati, keponakan saya yang cowok masih aja belum puas. Dia ngajakin naik lagi sepeda yang lain dengan motif lampu yang dia suka. Habis dua putaran, ngajak lagi naik yang lain. Dooooh, nggak tau apa Om sama ayahnya pegel ngegowes. Namanya juga anak kecil, semua motif pengen dicobain satu per satu. Daaan malam itu keponakan saya itu dengan sukses menyewa 6 sepeda. Berarti dengan sukses juga bikin kaki kaki ayah dan Omnya ngilu sekaligus sukses juga nguras dompet ayahnya.. Wkwkwkwkkwk

alkid jogja

Sudah capek ngegowes, kami pesen makanan dan minuman di lesehan yang ada di sebelah timur alun-alun. Yang jualan disini juga tambah banyak aja. Makanan yang dijual juga jadi tambah variatif. Dulu yang ada paling cuma wedang ronde sama jagung bakar, sekarang udah macem-macem. Minumannya mulai dari es teh, es jeruk, wedang ronde, susu jahe, milo, nescafe, dan lain-lain. Kalau makanannya ada roti bakar, jagung bakar, pisang bakar, sampai makanan berat seperti nasi goreng juga ada. Mungkin karena rame juga jadi harga makanan dan minuman jadi agak sedikit mahal. Sudah hal yang umum sih sebenarnya kalau kayak gini. Nah kalau lagi nongkrong, ngumpul di lesehan seperti ini jangan lupa siapin uang recehan karena banyak banget pengamen yang akan menghampiri. Setelah cukup malam, kami pulang ke rumah dan bisa beristirahat walaupun keponakan cowok belum mau diajak pulang. -__-

http://www.wijanarko.net/2011/12/meriahnya-alun-alun-kidul-jogja.html
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

up2det 31 Dec, 2011
-
Source: http://www.info.up2det.com/2011/12/meriahnya-alun-alun-kidul-jogja.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Pasar Beringharjo, Pusat Grosir Batik Terbesar Di Jogja

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
pasar beringharjo

Yah namanya ibu-ibu kemana-mana perginya selalu saja meluangkan waktu untuk belanja. Itu juga yang terjadi dengan ibu saya saat datang ke Jogja. Dengan dalih mencari oleh-oleh, ibu ngajak saya ke Malioboro. Bejibun kaos khas Jogja yang dijual di empera toko dibeli. Toko-toko batik di sepanjang jalan Malioboro dimasukin satu per satu. Emang gila ya kalo udah niat belanja, yang ngikutin kayak udah mau pingsan gini. Eh ternyata masih belum puas juga. Ibu ngajakin ke Pasar Beringharjo. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang terletak hampir di ujung Jalan Malioboro. Pasar Beringharjo sekaligus menjadi pasar tradisional terbesar di Jogja.

Ada apa aja di dalam Pasar Beringharjo? Banyaaak.. Pasar Beringharjo terkenal dengan gudangnya batik di Jogja. Berbagai macam pakaian yang terbuat dari kain batik ada disini baik itu untuk pria maupun wanita. Memang sih pasar ini lebih mirip dengan pasar grosir, tapi kalau mau beli eceran juga bisa kok. Batik yang dijual juga nggak melulu Batik Jogja atau Solo. Batik Pekalongan malah banyak banget dijual disini. Orang-orang datang ke Pasar Beringharjo karena harganya terkenal murah. Harga murah atau nggak menurut saya sih tergantung pintar nggaknya menawar. Disini tidak ada harga yang pasti. Kalau Anda pandai menawar, bisa jadi Anda mendapat harga yang murah. Kalau saya orang yang paling males nawar tentu lebih enak kalau beli di toko atau butik yang ada di sepanjang Jalan Malioboro itu yang harganya sudah pasti. Kalau untuk tipikal emak-emak yang doyan ngeyel kayaknya cocok deh belanja disini. Hoho..

pasar beringharjo
pasar beringharjo

Selain batik, di Pasar Beringharjo juga ada department store yang menjual pakaian biasa terletak di lantai atas. Kalau mau belanja sayur-sayuran dan kebutuhan sehari-hari juga ada di bagian belakang. Butuh barang-barang antik, uang kuno, dan sejenisnya? Banyak juga loh yang jualan seperti itu disana. Pastinya Pasar Beringharjo ini cukup luas. Saya sebenarnya paling males ke pasar yang satu ini. Alasannya karena di dalamnya ya seperti pasar tradisional lainnya sumpek, padat, kalaupun mau jalan aja harus berdesak-desakan. Otomatis keringat mengucur deras. Sudah tau bakal seperti ini, saya dan ayah nggak ikut berdesak-desakan dengan ibu saya mencari batik. Biarlah ibu ditemani kakak perempuan saya. Sedangkan saya memilih makan dan nongkrong di food court yang terletak di lantai paling atas sambil nunggu ibu saya selesai belanja.

Setelah selesai belanja, ibu ngajakin saya silaturrahim ke tempat mbah yang juga jualan di Pasar Beringharjo. Lebih tepatnya adik perempuan dari kakek saya sih. Mbah ini nggak jualan batik, tapi jualan perkakas di pasar bagian belakang. Di usianya yang sudah lebih dari 80 tahun tapi mbah ini masih keliatan sehat dan segar. Beliau masih saja giat berjualan di pasar, berangkat pagi dan pulang sore. Apalagi rumahnya di Kronggahan (dekat Jombor) yang bisa dibilang lumayan jauh dari Pasar Beringharjo. Saya salut sama kegigihan mbah ini, padahal anak-anaknya sudah melarang mbah berjualan. Tapi namanya orang tua terkadang ada ngeyelnya juga. Karena bosan kalau hanya berdiam diri di rumah atau apalah, mbah tetap nekat berjualan. Kami nggak telalu lama di kios mbah, kami kemudian pamitan. Nah apakah sudah selesai acara belanjanya? Rasanya belum.. x_x

Lihat pasar yg lebih 'menarik' di sini !

up2det 31 Dec, 2011
-
Source: http://www.info.up2det.com/2011/12/pasar-beringharjo-pusat-grosir-batik.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Rather than Men, Work More Great Mother Multitasking

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

Eny Kartikawati - wolipop

Jakarta - Do not underestimate the ability of working mothers. Recent research also shows, rather than the father who was also working, working mothers better at multitasking. 


Research conducted by the Department of Sociology and Anthropology at Bar-Ilan University, Israel points out, women spend 48.3 hours a week for multitasking. While men only 38.9 hours a week. 


The study also revealed that mothers do multitasking job more than 40% of time throughout the day. But multitasking working moms think it's not as something positive. They just feel it as a stressful activity."Our research shows most women good at multitasking. The study also showed large differences from the emotional experience of mothers and fathers while doing multitasking," said Shira Offer, led the research. 
"For mothers, multi-tasking is a negative experience, whereas for fathers on the contrary," he added. 
The mothers reported that they feel stressed when doing multitasking at home and in public places. While diving for multitasking in the second place it into a positive experience. 


Research Shira and his team also looked at differences in the activities carried out his father and mother when multitasking. "When multitasking at home, for example, rather than father, mother will melakoni work and child care home, which of course is exhausting. The father, doing different activities, like talking to a third party or take care of herself," he explained. 


The study showed, in working mothers, 52.7% multitaskingnya activities is dealing with the care of the house. While his father, only 42.2%. Working mothers, 35.5% multitasking is child care, while fathers only 27.9%. 


Barbara Schneider, who also participated in the study said, there is the reason why multitasking is considered as a negative experience by mothers. This is because of the appraisal and criticism from the people. 


"Their ability to fulfill duties as a good mother can easily be assessed and critiqued while doing multitasking. So it makes mothers feel stressed," explained Professor of Sociology at the University of Michigan.Professor Shira added, the fathers do not get the pressure or the assessment. "Although they are also expected to be involved in the care of children and home, the father was still regarded as the head of household," he said.(Eny / kick)

uclever 31 Dec, 2011
-
Source: http://youclever.blogspot.com/2011/12/rather-than-men-work-more-great-mother_31.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Mirota Batik, Tempat Favorit Belanja Souvenir Di Jogja

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
mirota batik

Di Jogja kalau mau beli souvenir untuk oleh-oleh maupun sebagai hiasan di rumah sendiri sih banyak. Di emperen toko sepanjang jalan Malioboro juga banyak yang menjual aneka kerajinan tangan asal Jogja mulai dari gantungan kunci, becak-becakan, sepeda-sepedaan, topeng kayu, perhiasan dari perak, serta aksesoris seperti gelang, kalung, dan lain-lain. Sayangnya saya tipe orang yang tidak suka tawar-menawar. Jadilah tempat seperti ini biasanya nggak saya lirik, kecuali kalau kepepet. Yang saya nggak suka jelas karena mereka ngasih harga seenak jidat. Dulu saya masih inget sewaktu beli ikat pinggang emperan toko ini pedagang memberi harga 35.000, ketika saya tawar 15.000 langsung dikasih. Gimana nggak bengong kalo kayak gini. Sama pedagangnya langsung dikasih dengan harga segitu berarti kan marginnya masih tinggi. Kena jebakan betmen dong saya.. Teman-teman saya dari kota lain yang datang ke Jogja juga sering komplain masalah pedagang emperan ini yang sering kali menjawab dengan ketus. Dengan begitu mereka menyimpulkan kalau orang-orang Jogja itu nggak ramah. Padahal yang saya tau pedagang emperan itu kebanyakan dari luar Jogja. Bahkan hanya sedikit dari mereka yang bisa Bahasa Jawa. Ketika ibu saya bilang ingin beli souvenir ya langsung deh saya arahkan ke tempat favorit saya beli souvenir, apalagi kalau bukan Mirota Batik. Daripada beli di emperan toko, takut kena jebakan betmen lagi.

Kalau masih bingung dimana Mirota Batik berada, ini masih di Jalan Malioboro kok. Nggak susah juga nyarinya. Letaknya hampir di ujung jalan, seberangnya Pasar Beringharjo. Toko souvenir yang satu ini khas banget. Di depan toko ada kereta kencana dan aroma sesajen cukup menusuk hidung. Tidak kalah unik, di depan pintu terdapat tulisan "Copet Dilarang Masuk". Sudah tentu bagi yang merasa copet jangan coba-coba untuk masuk ya. Selain itu di depan toko juga banyak sekali pedagang-pedagang batik yang berjualan di areanya Mirota. Ini juga salah satu keunikan Mirota, saat toko lain melarang pedagang lain berjualan di areanya, Mirota malah mengijinkan dan membuat suasana depan toko semakin ramai. Kalau musim liburan, bisa dipastikan pintu toko berjubel oleh turis yang akan masuk.

mirota batik

Lalu apa bedanya Mirota Batik dengan toko lain ataupun dengan barang-barang yang dijual di emperan toko? Yah kalau menurut saya, Mirota merupakan toko yang besar. Bahkan mungkin toko souvenir terbesar di Jogja. Barang yang dijual bisa dibilang nggak ada bedanya dengan yang dijual di emperan toko baik dari segi variasi maupun kualitasnya. Hal paling mencolok yang membedakan adalah harga. Harganya sudah fix dengan adanya label harga pada masing-masing barang. Meskipun Mirota toko besar, namun harga-harga yang ditawarkan masih sangat reasonable. Pastinya nggak akan ada harga tipu-tipu seperti halnya di emperan toko. Di emperean toko kalau Anda lagi beruntung bisa dapet harga yang murah. Tapi kalau lagi apes ya bisa jadi kena harga yang mahal. Siapa sih yang nggak pengen belanja dengan harga bagus dengan tempat luas, adem, dan banyak pilihan barang?

Memasuki Mirota Batik nuansa Jogja begitu terasa. Mulai dari bau aroma terapi yang tercium di setiap sudut ruangan, sesajen berupa bunga-bunga dimana-mana, dan para staff yang mengenakan pakaian tradisional. Meskipun memiliki nama "Mirota Batik" namun yang dijual disini nggak melulu batik kok. Batik ada di lantai dasar bersama dengan aneka kaos, aroma terapi, dan jamu-jamu tradisional. Ibu saya masih aja berkutat di lantai dasar ini. Bukan nyari batik lagi sih, tapi nyari bed cover. Karena menurut saya nggak ada yang begitu menarik di lantai dasar, jadi saya langsung ke lantai dua aja. Di lantai dua ini barulah gudangnya souvenir. Mulai dari harga ribuan sampai puluhan juta ada disini. Tinggal pilih aja sesuai keinginan dan kebutuhan. Barang-barang yang mahal biasanya kerajinan yang terbuat dari perak. Harganya bisa sampai jutaan. Kalau yang harganya mencapai puluhan juta itu kebanyakan barang-barang antik dengan kondisi yang masih sangat mulus meskipun usianya sudah tua. Kalau yang sesuai dengan kantong saya ya kerajinan seperti gantungan kunci dan sejenisnya yang terbuat dari kayu atau bambu karena harganya yang murah, mulai dari 1.500 hingga puluhan ribu saja. Yah karena kali ini ada yang bayarin (ayah saya) jadi ya banyak yang bisa dimasukin ke keranjang. Aji mumpung nih. Hoho.. Barang-barang yang dari dulu pengen dibeli tapi belum bisa kebeli karena masalah harga akhirnya kebeli juga. Selain barang kerajinan saya juga beli wedang uwuh. Ada yang tau wedang uwuh? Wedang uwuh ini minuman tradisional yang berasal dari Imogiri. Isinya aneka rempah-rempah berupa jahe, cengkeh, kapulaga, salam, secang, daun kayu manis, dan gula batu. Cara menyajikannya cukup disedu saja dengan air panas. Selain bikin anget badan, minuman ini juga menyehatkan loh. Disebut wedang uwuh mungkin karena saat disajikan menyerupai uwuh (sampah). Haha..

mirota batik

Selain lantai dasar dan lantai dua di Mirota masih ada lantai tiga. Pada lantai tiga ini ada sejenis kafe gitu namanya Oyot Godhong. Anda bisa santai, makan atau minum disini sambil nunggu teman atau keluarga yang berbelanja. Harganya ya standar harga "turis" lah. Maklum lokasinya di Jalan Malioboro yang terkenal dengan pusatnya turis. Kalau mau makan di kafe sejenis yang lebih murah bisa aja datang ke House of Raminten yang ada di Kota Baru. Pemiliknya masih sama kok dengan Mirota. Konsepnya juga mirip-mirip dengan mengusung konsep khas Jawa. Mungkin lain kali deh saya kesana. Di Mirota ini ibu nggak banyak belanja, cuma beli bed cover aja. Yang banyak belanja souvenir dan hiasan malah ayah. Ya sudah.. Selesai belanja di Mirota kamipun pulang dengan setumpuk barang belanjaan.. Hari berikutnya saya sudah balik lagi ke Surabaya karena kuliah.. Goodbye Jogja!

http://www.wijanarko.net/2011/12/mirota-batik-tempat-favorit-belanja.html
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

up2det 31 Dec, 2011
-
Source: http://www.info.up2det.com/2011/12/mirota-batik-tempat-favorit-belanja_31.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com