Loading
Setelah batalnya kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, tak lagi terlihat antrean kendaraan di SPBU, terutama di pom bensin penjual premium.
Sebuah mobil Alphard mengisi bahan bakar minyak di SPBU Sungai Kakap, Pontianak. Mobil yang kisaran harganya di pasar antara Rp 600 juta sampai 800 juta ini ternyata diisi premium yang notabene bensin subsidi yang harganya Rp 4.500 per liter.
Andi, sopir Alphard, mengaku membeli bensin subsidi karena perintah majikan. Majikan Andi memberi jatah uang Rp 100 ribu untuk membeli bensin.
"Biasanya, setiap dua hari isi Rp 100 ribu. Kalau saya isikan Pertamax, belum dua hari sudah habis. Nanti ditanya, dikira saya tilep," ujarnya.
Adapun tingginya harga minyak mentah dunia telah membuat harga bahan bakar minyak non-subsidi melambung. Pertamax, misalnya, kini harganya mencapai Rp 10 ribu per liter dari sebelumnya pada kisaran Rp 9 ribu per liter.
Batalnya kenaikan harga BBM subsidi menyebabkan disparitas harga BBM non-subsidi dengan premium subsidi makin jauh. Bandingkan dengan harga premium yang Rp 4.500 per liter.
Adanya disparitas harga yang makin besar ini membuat pengguna BBM non-subsidi beralih ke BBM subsidi. Tentu ini bakal membuat anggaran negara lebih membengkak. Soalnya, tanpa kenaikan harga saja, subsidi BBM sudah dinilai tidak tepat sasaran.
0 komentar:
Post a Comment