VIVAnews - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menegaskan bahwa Indonesia tidak khawatir dengan memanasnya situasi politik dan keamanan di selat Hormuz dan ancaman pecabutan ekspor minyak pemerintah Iran.
"Kita tidak melakukan impor crude (minyah mentah) atau pun BBM dari Iran," kata Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Evita Herawati Legowo di Jakarta, Senin 20 Februari 2012.
Ia menjelaskan bahwa walaupun masih tinggi, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) masih berkisar di antara US$111-114 per barel. Dan kebutuhan Indonesia tidak terlalu bergantung dari Iran.
Seperti diketahui, Iran telah menghentikan penjualan minyak mentah ke Inggris dan Prancis sejak Minggu kemarin. Ini adalah balasan Iran setelah Uni Eropa menerapkan sejumlah sanksi ekonomi dan perdagangan, seperti yang telah diterapkan AS, terkait aktivitas program nuklir di negara Teluk Persia itu.
Keputusan Iran menghentikan ekspor minyak mentah ke Inggris dan Prancis membuat harga komoditas tersebut melonjak. Pada perdagangan di bursa komoditas, minyak mentah jenis Brent dijual di atas US$121 per barel atau tertinggi sejak delapan bulan terakhir.
"Di Eropa memang banyak yang tergantung dengan Iran, namun Indonesia belum terlalu khawatir terkait selat Hormuz. Jadi, kita tidak terganggu Iran," ujar Evita.
Walaupun begitu, Kementerian ESDM sedang menghitung berapa crude dan BBM yang melewati Selat Hormuz karena beberapa crude dan BBM Indonesia melewati selat tersebut.
0 komentar:
Post a Comment